Latest News

Guru SMP Bandung Pukuli Siswa yang Suka Ngintip

BERITA TERKINI, Seorang guru mata pelajaran IPA di SMP 42 Bandung memukul siswanya hanya karena mengintip dari jendela kelas saat proses kegiatan belajar mengajar masih berlangsung. 

Kasus itu sudah ditangani pihak sekolah dan masih menunggu hasil dari Dinas Pendidikan Kota.
Menurut keterangan yang dihimpun Tribun, peristiwa itu terjadi pada Jumat (7/3) siang sekitar pukul 11.00. Ketika itu, SMP 42 sedang mengadakan ujian tengah semester (UTS). Siang itu sebagian siswa sudah ada yang diperbolehkan pulang, tapi sebagian masih menjalani kegiatan belajar mengajar.

HF, siswa kelas 8E, termasuk yang kelasnya bubar lebih dulu. Ia pun ingin mengetahui keberadaan rekannya di kelas yang sedang diawasi oleh DP, guru mata pelajaran IPA. HF kemudian mengintip melalui jendela kelas. DP yang mengetahui hal tersebut seketika marah. Melihat DP marah, HF pun berlari. Tidak disangka, DP mengejarnya dan saat itulah diduga DP memukul pipi KF.

Adanya pemukulan oleh DP diakui oleh Ketua Forum Orangtua Siswa (Fortusis) Kota Bandung, Dwi Subawanto. Pihaknya menerima laporan tersebut. "Ya (menerima laporan), kami protes keras dan Disdik harus ambil tindakan tegas yang bisa membuat efek jera," katanya, Selasa (11/3/2014).

Kepala Sekolah SMP 42 Bandung Agus Komar juga menegaskan adanya peristiwa tersebut. Menurut dia, saat itu guru tersebut sedang mengajar di kelas dan seorang anak mengintip melalui kaca jendela kelas.

"Alasannya memang sederhana. Tidak tahu persis mengintipnya seperti apa, tapi mungkin beliau merasa terganggu dan emosi, dan terjadilah seperti itu (pemukulan)," kata Agus saat ditemui di Gedung LPPM UPI.

Saat itu juga, ia segera menyelesaikan persoalan tersebut. Pihak orang tua juga sudah mengetahui dan menyerahkan kepada sekolah untuk penyelesaiannya. Guru tersebut, lanjutnya, juga sudah mengakui perbuatannya.

"Kami juga sudah buat laporan yang ditandatangani termasuk saksi (kejadian) dan sebagainya untuk bahan laporan. Semua sudah dilaporkan ke Disdik, Senin kemarin," katanya.

Mengenai sanksi, ujar Dwi, pihaknya menyerahkan kepada Dinas Pendidikan. Disinggung ada tidaknya kejadian serupa di SMP 42, Agus mengakui pemukulan pernah terjadi pada September 2012 di hari yang sama.

Saat itu, karena yang pertama kali, pihaknya hanya memberikan teguran kepada DF serta yang bersangkutan diminta untuk menandatangani pernyataan untuk tidak melakukan hal serupa. Karena itu, kejadian kedua kali ini membuatnya serta guru sekolah lain juga heran.

"Memang mendidik anak tidak mudah. Namun sudah menjadi tugas kami sebagai guru, apa pun bentuk perilaku anak seharusnya tidak dengan kekerasan," katanya.

Agus menambahkan, saat ini metode pengajaran anak haruslah dengan kesenangan dan kegembiraan. Pascakejadian ini, guru tersebut untuk sementara tidak mengajar hingga menunggu keputusan atau hasil dari Disdik. "Karena kami ingin, anak merasa aman nyaman, tenang, dan tenteram di sekolah," katanya. (src:tribunnews.com)
  • Komen yuk!!, jangan lupa centang "Also post on Facebook" :)
  • BERITA TERKINI Designed by Templateism.com Copyright © 2014

    Theme images by Bim. Powered by Blogger.