Latest News

Mengapa Iran Tak Serang Israel?

By Dina Y. Sulaeman
Pertanyaan ini sering muncul di dalam berbagai diskusi di dunia maya, “Kalau Iran betul-betul anti-Israel, mengapa Iran sampai sekarang tidak jua menyerang Israel?” Pertanyaan ini konteksnya adalah menuduh Iran omdo (omong doang), bahkan ada yang lebih parah lagi, menggunakan teori konspirasi, “Ini bukti bahwa ada kerjasama di balik layar antara Iran dan Israel.”
Bila memakai kalkulasi hard power, harus diakui bahwa sebenarnya kekuatan Iran masih jauh di bawah AS. Apalagi, doktrin militer Iran adalah defensive (bertahan, tidak bertujuan menginvasi negara lain). Iran hanya menganggarkan 1,8% dari pendapatan kotor nasional (GDP)-nya untuk militer (atau sebesar 7 M dollar). Sebaliknya, AS adalah negara dengan anggaran militer terbesar di dunia, yaitu 4,7% dari GDP atau sebesar 687 M dollar. Bahkan, AS telah membangun pangkalan-pangkalan militer di berbagai wilayah di sekitar Iran. AS adalah pelindung penuh Israel dan penyuplai utama dana dan senjata untuk militer Israel. Bujet militer Israel sendiri, pertahunnya mencapai 15 M Dollar (dua kali lipat Iran).
Sebelum menjawab ‘mengapa Iran tidak langsung menyerang Israel’?, mari kita jawab dulu pertanyaan sebaliknya, mengapa AS dan Israel tidak jua menyerang Iran? AS sebenarnya tidak berkepentingan menyerang Iran. Tetapi, Israel berkali-kali meminta AS untuk menyerang Iran dengan alasan “Iran memiliki nuklir yang mengancam keselamatan Israel.” Ketika rezim Obama enggan menuruti permintaan Israel, Israel bahkan mengancam akan menyerang Iran sendirian, tanpa bantuan AS. Untuk menelaah prospek perang AS+Israel melawan Iran, Anthony Cordesman dari Center for Strategic and International Studies merilis hasil penelitiannya pada bulan Juni 2012. CSIS melakukan kalkulasi bila AS dan Israel menyerang Iran, antara lain menghitung berapa banyak pesawat pengebom yang dibutuhkan, berapa banyak bom yang harus dibawa, apa kemungkinan serangan balasan dari Iran, dan bagaimana cara menghadapinya.
Salah satu kesimpulan yang diambil Cordesman adalah, profil militer Israel tidak akan mampu melakukan serangan tersebut. Untuk menyerang Iran, Israel harus mengerahkan seperempat pasukan udaranya dan semua pesawat tempurnya, sehingga tidak ada pesawat cadangan untuk berjaga-jaga. Pesawat-pesawat tempur itu harus melewati perbatasan Syria-Turki sebelum terbang di atas udara Irak and Iran. Dan wilayah-wilayah tersebut, sangat rawan bagi Israel. Menurut Cordesman, “Berdasarkan jumlah pesawat yang diperlukan, proses pengisian bahan bakar yang harus dilakukan sepanjang perjalanan menuju Iran, serta usaha mencapai target gempuran tanpa terdeteksi sangatlah beresiko tinggi dan kecil kemungkinan keseluruhan operasi militer tersebut akan berhasil.”
Dan bahkan jika pesawat tempur Israel berhasil mengebom reaktor nuklir Iran, pembalasan yang dilakukan Iran akan membawa dampak yang sangat buruk bagi kawasan Timur Tengah. Cordesman menulis, “Anda tidak akan ingin tahu seperti apa jadinya Timur Tengah sehari setelah Israel berupaya menyerang Iran.”
Karena itu, bila Israel berkeras ingin menyerang Iran, Israel harus menggandeng AS. Tapi, bila AS menyetujui permintaan Israel ini, AS harus mengerahkan ratusan pesawat dan kapal tempur. Serangan awal saja sudah membutuhkan alokasi kekuatan yang sangat besar, termasuk pengebom utama, upaya penghancuran system pertahanan udara lawan, pesawat-pesawat pendamping untuk melindungi pesawat pengebom, peralatan perang elektronik, patrol udara untuk menahan serangan balasan dari Iran, dll. Pada saat yang sama, AS harus menghalangi Iran agar tidak melakukan aksi apapun di Selat Hormuz. Bila Iran sampai berhasil memblokir Selat Hormuz, suplai minyak dan gas dunia akan terhambat dan efeknya akan sangat buruk bagi perekonomian dunia. Dan ini bukan pekerjaan mudah. Iran selama ini justru sangat memperkuat kemampuan militernya demi mengontrol Selat Hormuz bila terjadi perang. Meskipun, AS juga sudah mempersiapkan banyak hal untuk menjaga agar Hormuz tetap terbuka, antara lain dengan menempatkan berbagai perlengkapan militer di Bahrain, Saudi Arabia, Qatar, Kuwait, dan UAE. Namun inipun mengandung ancaman lain. Iran berkali-kali mengancam, bila wilayahnya diserang, Iran akan melakukan serangan balasan ke semua negara Arab yang di dalamnya ada pangkalan militer AS. Belum lagi, Rusia dan China diperkirakan akan ikut campur demi mengamankan kepentingan mereka sendiri di Timteng. Tak heran bila banyak analis mengungkapkan ramalan bahwa Perang Dunia III akan meletus bila AS sampai menyerang Iran.
Lihatlah situasinya: bila Israel dan AS menyerang Iran, artinya mereka keluar dari wilayah mereka sendiri dan harus bersusah-payah mengusung semua perlengkapan militernya. Lalu, urusan tidak selesai hanya dengan menjatuhkan bom ke situs nuklir Iran. Serangan balik dari Iran, dan posisi geostrategis Iran, sangat memberikan potensi kekalahan bagi AS dan Israel. Karena itulah, Menhan Leon Panetta sampai berkata, “Sangat jelas bahwa bila AS melakukan serangan itu, kita akan mendapatkan akibat buruk yang sangat besar.”
Sekarang mari kita balik: bagaimana seandainya Iran menyerang Israel? Minimalnya, ada dua versi jawaban yang bisa diberikan sementara ini.
Berdasarkan kalkulasi hard power. Ingat lagi profil militer Iran. Bisa dibayangkan, berapa banyak senjata yang dimiliki Iran dengan dana 7 M Dollar pertahun, dibandingkan dengan banyaknya senjata yang dimiliki AS dengan dana 687 M Dollar pertahun. Bandingkan lagi dengan kondisi ‘seandainya Israel menyerang Iran’ seperti yang sudah dianalisis Cordesman di atas. Kesimpulan yang bisa diambil adalah saat ini, profil militer Iran memang belum mampu menyerang Israel secara langsung, begitu juga sebaliknya, Israel juga belum mampu menyerang Iran secara langsung. Sementara, AS punya hitung-hitungan lain di luar sekedar menyerang Iran. AS akan menghadapi kehancuran ekonomi yang sangat parah bila sampai mengobarkan perang terhadap Iran.
Artinya, kedua pihak saat ini masih dalam posisi sama-sama bertahan. Itulah sebabnya, retorika Iran selama ini memang selalu defensif: Iran tidak mengancam akan menyerang, melainkan ‘akan membalas bila ada yang berani menyerang’. Seandainya Iran dalam posisi diserang dan membela diri dari dalam negeri (bukan dalam posisi menyerang dan mengirimkan pasukan ke luar wilayahnya) Iran sangat mungkin bertahan dan meraih kemenangan, karena memiliki keunggulan geostrategis. Hanya dengan memblokir Selat Hormuz, seluruh dunia akan merasakan dampak buruk perang dan bahkan AS akan bangkrut sehingga tak akan mampu melanjutkan perang.
Sebaliknya, untuk bisa maju perang (=secara ofensif mengirimkan senjata dan pasukan ke luar wilayahnya), Iran tidak mungkin maju sendirian. Bila negara-negara Arab, terutama yang berbatasan darat dengan Palestina, belum siap berjuang, tentu sangat konyol bila Iran harus mengirim pasukan ke Palestina yang jauhnya 1500 km dari Teheran. Berapa banyak pasukan, pesawat tempur, dan rudal yang mampu dikirim oleh Iran yang hanya punya anggaran 7 M Dollar pertahun? Bila Mesir saja yang pemerintahannya dikuasai Ikhwanul Muslimin (artinya, seideologi dengan Hamas) masih menutup pintu perbatasannya dengan Gaza; masih menolak untuk terjun langsung ke medan pertempuran membela saudara se-harakah mereka, mengapa Iran yang di-ojok-ojok untuk mengirim pasukan perang? Karena itu, dari sisi ini, hanya satu kata untuk menilai pertanyaan ‘mengapa Iran tidak langsung menyerang Israel?’ : naif.
2. Berdasarkan kalkulasi soft power. Sangat mungkin, di atas kertas, profil militer Iran memang seperti yang diungkapkan di atas. Tapi, bila diingat lagi percepatan kemajuan teknologi militer yang dicapai Iran dan statemen beberapa petinggi militer Iran yang menyebutkan bahwa kemampuan Iran ‘jauh lebih besar dari apa yang terlihat’, ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan. Iran adalah negara yang berbasis teologi mazhab Syiah dan meyakini adanya aspek transenden dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin spiritual mereka (rahbar). Militer Iran pun berada di bawah wewenang rahbar, yang sekarang dijabat Ayatullah Khamenei. Iran meyakini bahwa Ayatullah Khamanei memiliki kemampuan transenden sehingga mengetahui kapan saat yang tepat untuk maju perang. Orang lain boleh tidak percaya, tetapi ini adalah urusan rakyat Iran sendiri.
Di sini, pertanyaan mengapa Iran belum juga menyerang Israel secara langsung (seandainya memang kemampuan militernya sebenarnya sudah mencukupi) akan mendapat jawaban sederhana saja: karena belum diizinkan oleh sang Rahbar. Lalu, mengapa Rahbar belum memberi izin? Silahkan dipikirkan sendiri, dengan mengaitkannya pada hal-hal yang bersifat ideologis dan relijius; dan hal ini di luar kapasitas saya untuk menjelaskan.
Intinya, perjuangan melawan Israel bukanlah perjuangan Iran saja. Ini seharusnya menjadi perjuangan bersama semua negara-negara muslim. Dan inilah yang terus diupayakan para pemimpin dan ulama Iran melalui berbagai statemen dan orasinya: membangkitkan kesadaran dan semangat juang kaum muslimin sedunia; sambil terus berupaya memperkuat profil militernya. Ini bukanlah omdo (omong doang), tapi upaya yang memang harus dilakukan sebelum mencapai kemenangan.
Akan tiba suatu masa ketika kaum muslimin sedunia bangkit bersatu dan bersama-sama merebut kembali Al Quds dari tangan para penjajah. Inilah janji Allah dalam QS 17:4-5, “Dan telah kami tetapkan terhadap Bani Israel di dalam Alkitab: sesungguhnya kalian akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kalian akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Dan maka ketika telah tiba apa yang dijanjikan itu, akan kami bangkitkan para hamba yang perkasa dan memiliki kekuatan besar untuk mengalahkan kalian. Para hamba itu akan mencari kalian sampai ke tempat persembunyian kalian dan janji [Allah] itu pasti terjadi.”
update:
analisis yang lebih sederhana, tapi sangat mantap, bisa baca di sini.
Kenapa Iran Tidak Pernah Menyerang Israel?
“Kenapa Iran Tidak Pernah Menyerang Israel?”. Itu adalah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh awam.

Kalau kita lihat Peta, posisi Arab Saudi dan Turki itu lebih dekat dibanding Iran. Pertanyaan yang sama bisa kita ajukan ke Turki dan Arab Saudi..
Jawabnya ada beberapa macam.
Pertama jaraknya jauh. Silahkan lihat peta di atas. Ini sama halnya dengan kita bertanya kenapa Turki, Yaman, Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia tidak pernah menyerang Israel. Karena jaraknya cukup jauh dan terhalang oleh beberapa negara. Untuk menyerang dengan 100 ribu pasukan misalnya, paling tidak butuh 100 kapal perang yang bisa memuat 1000 pasukan. Itu pun kapalnya harus dipersenjatai canggih. Jika tidak bisa dirudal atau dibom oleh pesawat tempur AS / Israel dengan mudah.
Kalau lewat Laut Merah, kemudian terusan Suez yang sempit, mudahkan bagi AS untuk merudal kapal2 Iran yang membawa 100.000 prajuritnya? begitu pula kalau pakai pesawat Herkules mudah sekali di rudal. Sedang kalau dengan pesawat tempur, itu kapasitasnya cuma 2 orang. Jumlah pesawat tempur Iran kurang dari 100. Berapakali harus bolak-balik coba untuk membawa 100.000 pasukannya guna menyerang Israel?
Yang biasa menyerang Israel adalah Mesir, Suriah, Lebanon, Yordania yang memang berbatasan langsung dengan Israel. Jalan kaki juga sampai ke Israel. Iraq juga ikut perang meski terpisah sekitar 500 km dengan melalui Yordania. Ada pun Arab Saudi tidak mengirim pasukan.
Negara-negara Arab tersebut berperang melawan Israel tahun 1948, 1967, dan 1973. Tahun 1974, Mesir di bawah presiden Anwar Sadat berdamai dgn Israel. Tahun 1982, hanya Suriah sendiri yang berperang melawan Israel demi membela PLO.
Ada pun Iran, hingga tahun 1978 diperintah oleh Shah Iran, Mohammad Reza Pahlevi, yang memang merupakan sekutu dekat AS sebagaimana Raja Abdullah di Saudi sekarang. Jadi tidak mungkin melawan Israel yang merupakan sekutu dekat AS.
Jika tidak percaya, silahkan lihat foto-foto Shah Iran Reza Pahlevi dengan Presiden AS Jimmy Carter:
Presiden AS Jimmy Carter dan Rosalynn Carter bersama Shah dan Shahbanu Iran
Baru pada tahun 1978 saat Revolusi Islam Iran di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini, Shah Iran terguling. Tahun 1979, Khomeini yang berkuasa di Iran dengan gelar Pemimpin Tertinggi (Supreme Leader) Iran.
Kenapa tahun 1982 Iran tidak membantu Suriah memerangi Israel?

Jawabnya: Tahun 1980, Presiden Iraq Saddam Hussein menyerang Iran. Hingga tahun 1982, saat Iran masih lemah akibat Revolusi, Iraq masih di atas angin. Iraq dibantu dengan dana dan senjata oleh negara2 Arab, AS, dan Uni Soviet. AS tidak ingin Revolusi Islam Iran menyebar ke seluruh dunia. Saat itu bertepatan pada tahun 1400 Hijriyah di mana sebagian ummat Islam percaya itu adalah Abad kebangkitan Islam mengingat Islam berjaya selama 7 abad (0-700 H), tenggelam selama 7 abad (700-1400 H), dan bangkit lagi selama 7 abad berikutnya (1400-2100 H). Revolusi Islam Iran dikhawatirkan jadi kebangkitan Islam di negara2 lain.
Ada pun Uni Soviet membantu Saddam karena Saddam dgn partai Baathnya itu memang Sosialis yang sebelumnya sudah jadi sekutu Uni Soviet. Perang Iran-Iraq berlangsung selama 8 tahun (1980-1988). Itulah sebabnya hingga tahun 1988 Iran tidak bisa menyerang Israel.
Lalu kenapa tahun 1989 tidak mau menyerang Israel juga? Habis perang 8 tahun tentu loyo juga. Perlu waktu untuk pemulihan di bidang ekonomi, pembangunan gedung-gedung yang rusak, dsb.
Dari gambar-gambar di atas, umumnya roket Iran jangkauan terjauhnya seperti Fajr 5 adalah 75 kilometer saja. Artinya kalau ditembakkan dari Iran, tidak akan bisa menjangkau Israel yang jaraknya sekitar 1300 km.

Meski demikian, Iran mengirim roket-roket tersebut ke Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza sehingga bisa menjangkau Israel dengan mudah karena jarak mereka amat dekat. Dengan cara ini, perang jadi lebih murah. Karena jika dekat, Israel juga sulit menghindar karena roket yang kecepatannya sekitar 3500 km/jam itu bisa menghantam Israel hanya dalam beberapa puluh detik saja. 60% roket Hamas berhasil menembus sistem pertahanan Anti Rudal Israel, Iron Dome.
Lihat bagaimana Pemimpin PLO Yasser Arafat saling bantu dengan Imam Khomeini dari Iran:
Lihat bagaimana Syekh Asy Syahid Ahmad Yasin pendiri HAMAS (Sunni) bekerjasama dengan Imam Khamenei melawan Israel:

Bagaimana dengan Rudal-rudal Iran yang katanya bisa menjangkau 2000 km? Bisa menjangkau Israel?
Dari berbagai berita, rudal tersebut ternyata baru dibuat Iran pada tahun 2003:
Rudal jarak jauh dengan panjang 20 meter lebih itu mahal. Bisa lebih dari Rp 20 milyar per buahnya. Jumlahnya paling tidak banyak. Kemudian untuk mencapai jarak 1300 km perlu waktu sekitar 20 menit. Artinya bisa dengan mudah dicegat oleh Sistem Anti Rudal seperti Iron Dome.

Lalu kenapa Iran tidak menembakkannya ke Israel?
Kita lihat Peta Geopolitik dulu:
Iran dikelilingi oleh negara2 Islam yang berwarna “Ungu”. Warna “Ungu” artinya di situ ada PANGKALAN MILITER AS. Amerika Serikat adalah sekutu Israel nomor 1. Jadi kalau Iran yang penduduknya 75 juta jiwa menembakkan rudalnya ke Israel, maka AS dan NATO tidak akan diam. Padahal AS penduduknya 330 juta jiwa dan NATO sekitar 500 juta jiwa. Negara2 sekutu AS seperti Arab Saudi, Turki, Pakistan, Mesir, dsb yang totalnya sekitar 300 juta jiwa bisa jadi memihak AS dan ISRAEL dengan propaganda SUNNI vs SYI’AH. Jadi Iran dengan penduduk 75 juta jiwa harus melawan negara AS, Israel, NATO, serta Negara2 Timur Tengah yang jadi sekutu AS dengan total penduduk sekitar 1.100 juta. Kira-kira masuk akal tidak?

Last but not Least, AS mempunyai 9000 bom Nuklir dan Israel 200 bom Nuklir:
Jepang yang dijatuhi 2 BOM ATOM saja 2 kotanya: Nagasaki dan Hiroshima langsung hancur sehingga Jepang langsung menyerah. Terbayang tidak jika 200 bom Nuklir yang kekuatannya 20x lipat lebih dahsyat dari BOM ATOM dijatuhkan di kota-kota Iran? Jadi jika Perang masih bisa dihindari, ya dihindari. Toh Nabi saja tidak pernah menyerang lawan. Nabi sekedar membela diri dari serangan kaum kafir di Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq. Setelah itu baru melakukan Futuh Mekkah tanpa pertumpahan darah sama sekali.
Jika negara2 Islam lain mau menentang AS dan Israel yang jelas2 membunuh ummat Islam dan bersatu dengan Iran, mungkin Iran berani menyerang Israel. Jika tidak, maka Iran bisa konyol dikeroyok oleh AS, Israel, NATO, dan negara2 sekutunya.
Adakah Iran tidak pernah perang melawan Israel atau AS sama sekali?
Kalau Israel mungkin Iran perang melalui Hizbullah di Lebanon, PLO di Palestina, dan Hamas di Gaza yang dibantu Iran melalui dana dan senjata.
Ada pun dengan AS, sudah terjadi beberapa bentrokan.
Yang pertama adalah penyanderaan Kedubes AS di Teheran oleh mahasiswa Iran pada 4 November 1979 selama 444 hari.
Iran Akhiri Penyanderaan 52 Warga Amerika
Penyanderaan selama 444 hari ini menandai konflik antara Amerika Serikat dan Iran

Pada tanggal 25 April 1980, Amerika Serikat melancarkan Operasi Eagle Claw dalam upaya untuk menyelamatkan anggota staf kedutaan besar AS yang disandera di ibukota Iran setelah Revolusi Islam tahun 1979. Namun, badai pasir melanda dan operasi gagal total. 8 tentara AS tewas sementar helikopter dan pesawatnya hancur bertabrakan akibat badai gurun. Kegagalan itu menyebabkan pamor presiden AS, Jimmy Carter hancur dan kalah pilpres dari Ronald Reagan.

Tanggal 18 April 1988, Armada AS dilengkapi dengan Kapal Induk menyerang Iran dalam Operasi Praying Mantice. AS menyerang Iran karena Kapal Perang mereka, USS Samuel B Roberts yang mengawal tanker Kuwait rusak terkena ranjau laut Iran hingga nyaris tenggelam dan terpaksa diderek. Kapal Perang Frigat Iran Sahand beserta beberapa kapal perang lainnya hancur dirudal AS:
U.S.S Vincennes menembak jatuh pesawat Airbus A300 Iran itu segera setelah lepas landas dari kota Bandar Abbas, Iran, tanggal 3 Juli tahun 1988. 290 orang Iran tewas! Washington mengatakan Vincennes keliru mengira pesawat penumpang itu sebuah pesawat tempur jet Iran yang bermusuhan.
S dan Israel pada tahun 2010 dan 2011 membunuh ahli nuklir Iran untuk menghambat program nuklir Iran.

AS dan Israel menurut media massa Barat sendiri melakukan sabotase yang mengakibatkan ledakan hebat di markas Garda Revolusi Iran pada 12 November lalu yang meratakan sebagian besar bangunannya dan menewaskan 17 orang, termasuk pendiri program misil balistik Iran, Jenderal Hassan Tehrani Moghaddam.
Terakhir Iran membajak pesawat mata-mata AS RQ-170 Sentinel yang menyusup sejauh 250 km ke Iran dari Afghanistan. Presiden AS, Barack Obama, jadi bahan tertawaan publik saat meminta Iran untuk mengembalikan pesawat mata-matanya. Ini ibarat maling yang membawa tangga, ketika tangganya ketinggalan, dia meminta tangganya dikembalikan oleh orang yang dia curi.
Ternyata Iran telah menahan 4 pesawat mata-mata Israel dan 3 pesawat mata-mata AS yang memata-matai negerinya lewat perang elektronik. Itulah alasan kenapa AS dan Israel tidak berani menyerang Iran secara langsung. Sebab bisa jadi rudal-rudal AS dan Israel bisa dihack Iran untuk menyerang mereka.
Jelas banyak pertentangan Iran dengan AS dan Israel. Kalau pun ada Skandal Iran-Kontra di mana AS menjual senjata lewat Israel ke Iran pada zaman Reagan dan uang hasil penjualannya untuk membiayai pemberontakan Kontra di Nikaragua, ternyata itu adalah salah-paham. AS mengira senjata itu akan diberikan kepada kelompok moderat di Iran yang menentang Khomeini guna membebaskan 6 sandera AS. Ternyata senjata itu justru jatuh pada kelompok Khomeini. Itulah tipu daya dalam perang mengingat Iran saat itu butuh senjata untuk melawan Iraq.
Menyandera Kedubes AS itu tidak gampang lho. Demo saja dekat Kedubes AS, kita bisa ditembak mati oleh para polisi yang jadi antek2 AS. Menghina AS dan Israel juga meski hanya lewat kata-kata itu berat. Tidak semua orang berani. SBY dan Raja-raja Arab saja tidak berani. Jadi kalau ada yang berani perang kata-kata seperti Iran, itu bagus. Minimal dia sudah level tangan. Bukan level hati lagi. Mencegah kemungkaran itu kan bisa dengan tangan, bisa dengan lisan, dan paling lemah adalah membencinya dengan hati (diam).
Pernahkah Iran menyerang Israel?
Pertanyaan serupa bisa ditujukan ke beberapa negara Islam lainnya di mana nama negara diganti dengan Arab Saudi, Yaman, Afghanistan, Pakistan, Indonesia, Malaysia, dsb. Alangkah baiknya jika semua negara2 Islam tsb bersatu melawan Israel ketimbang ribut berkelahi sesama.
Referensi:
update:
karena ada beberapa komentator yang nanyain sumber tulisan (pdhl, tinggal googling aja tho, cari kata kunci cordesman+csis+iran+israel), ini sy kasih linknya, silahkan download sendiri:

Lalu kalau ada yang mau tahu lebih jauh soal soft power Iran, bisa baca tulisan saya sebelumnya
Nah, kalau masih nanya, sumbernya dimana, gooling aja , The Iranian Journal of International Affairs, Manouchehr Mohammadi, soft power Iran.

Sumber: https://www.facebook.com/edril.noerdin/posts/1318639301576813
  • Komen yuk!!, jangan lupa centang "Also post on Facebook" :)
  • BERITA TERKINI Designed by Templateism.com Copyright © 2014

    Theme images by Bim. Powered by Blogger.