BERITA TERKINI, NEW YORK -- Israel menyatakan tidak bisa berdiam
diri saat perang saudara di Suriah sudah merembet ke daerah perbatasan.
Negeri Zionis tersebut mengingatkan Dewan Keamanan PBB jika mereka bakal bertindak jika perang sudah memasuki wilayah kependudukannya.
Rusia menanggapi protes Israel tersebut dengan menuduh kelompok bersenjata di Suriah telah memicu ketegangan di antara dua negara dengan bertempur di zona demiliterisasi.
Duta Besar Israel untuk PBB, Ron Prosor menulis kepada 15 anggota DK PBB untuk memprotes peluru-peluru dari Suriah yang telah mencapai teritori Israel. Ia menyatakan Israel telah berupaya menahan diri sejauh ini.
"Israel tidak bisa berdiam diri saat kehidupan warga negaranya terancam oleh tindakan-tindakan pemerintah Suriah yang tidak mempertimbangkan akal sehat," tulis Proso seperti dinukil dari Reuters.
Israel selama ini tidak bisa diam. Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, mengatakan serangan dengan target kompleks persenjataan Suriah pada 30 Januari lalu menunjukkan Israel sangat serius mencegah arus senjata berat ke Lebanon.
Dengan jumlah pengungsi hampir mencapai satu juta orang yang membanjiri Turki, Yordania, Irak, dan Lebanon, PBB mengingatkan perang saudara di Suriah telah memicu perseteruan sektarian yang dapat membahayakan kestabilan kawasan.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, yang juga merupakan presiden DK PBB mengatakan ketegangan antara Israel dan Suriah disebabkan karena 'fenomena baru yang sangat membahayakan'. Yakni, munculnya kelompok bersenjata di area pemisah antara kedua negara di Dataran Tinggi Golan.
Israel merebut wilayah Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang 1967. Pasukan Suriah tidak diizinkan memasuki wilayah pemisah tersebut di bawah kesepakatan gencatan senjata pada 1973.
Kedua negara itu secara teknis masih berada dalam kondisi perang. Saat ini, penjaga keamanan PBB berpatroli di area Dataran Tinggi Golan.
"Hadirnya kelompok bersenjata dia area pemisah secara potensial dapat mengancam hubungan keamanan antara Suriah dan Israel," kata Churkin kepada wartawan.
Churkin menyatakan pasukan penjaga keamanan PBB bernama UNDOF di area pemisah tidak dapat mengatasi situasi terbaru. "Sayangnya, UNDOF tidak diizinkan untuk mengatasi situasi terbaru di area pemisah karena mereka hanya berfungsi sebagai pengawas yang tidak bersenjata," kata Churkin.
Di sisi lain, Pemerintah Kroasia berencana menarik anggotanya di UNDOF sebagai tindakan pencegahan pascamendapat laporan senjata yang mereka kirim sudah sampai kepada gerilyawan Suriah. Kroasia mempunyai 98 tentara dalam pasukan yang berkekuatan seribu personel itu.
Sumber : Republika.online
Negeri Zionis tersebut mengingatkan Dewan Keamanan PBB jika mereka bakal bertindak jika perang sudah memasuki wilayah kependudukannya.
Rusia menanggapi protes Israel tersebut dengan menuduh kelompok bersenjata di Suriah telah memicu ketegangan di antara dua negara dengan bertempur di zona demiliterisasi.
Duta Besar Israel untuk PBB, Ron Prosor menulis kepada 15 anggota DK PBB untuk memprotes peluru-peluru dari Suriah yang telah mencapai teritori Israel. Ia menyatakan Israel telah berupaya menahan diri sejauh ini.
"Israel tidak bisa berdiam diri saat kehidupan warga negaranya terancam oleh tindakan-tindakan pemerintah Suriah yang tidak mempertimbangkan akal sehat," tulis Proso seperti dinukil dari Reuters.
Israel selama ini tidak bisa diam. Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, mengatakan serangan dengan target kompleks persenjataan Suriah pada 30 Januari lalu menunjukkan Israel sangat serius mencegah arus senjata berat ke Lebanon.
Dengan jumlah pengungsi hampir mencapai satu juta orang yang membanjiri Turki, Yordania, Irak, dan Lebanon, PBB mengingatkan perang saudara di Suriah telah memicu perseteruan sektarian yang dapat membahayakan kestabilan kawasan.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, yang juga merupakan presiden DK PBB mengatakan ketegangan antara Israel dan Suriah disebabkan karena 'fenomena baru yang sangat membahayakan'. Yakni, munculnya kelompok bersenjata di area pemisah antara kedua negara di Dataran Tinggi Golan.
Israel merebut wilayah Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang 1967. Pasukan Suriah tidak diizinkan memasuki wilayah pemisah tersebut di bawah kesepakatan gencatan senjata pada 1973.
Kedua negara itu secara teknis masih berada dalam kondisi perang. Saat ini, penjaga keamanan PBB berpatroli di area Dataran Tinggi Golan.
"Hadirnya kelompok bersenjata dia area pemisah secara potensial dapat mengancam hubungan keamanan antara Suriah dan Israel," kata Churkin kepada wartawan.
Churkin menyatakan pasukan penjaga keamanan PBB bernama UNDOF di area pemisah tidak dapat mengatasi situasi terbaru. "Sayangnya, UNDOF tidak diizinkan untuk mengatasi situasi terbaru di area pemisah karena mereka hanya berfungsi sebagai pengawas yang tidak bersenjata," kata Churkin.
Di sisi lain, Pemerintah Kroasia berencana menarik anggotanya di UNDOF sebagai tindakan pencegahan pascamendapat laporan senjata yang mereka kirim sudah sampai kepada gerilyawan Suriah. Kroasia mempunyai 98 tentara dalam pasukan yang berkekuatan seribu personel itu.
Sumber : Republika.online