GO
INTERNATIONAL: Anna Budiman (tengah) bersama Miss Kroasia Lana Grzetic
(kiri) dan Miss Jerman Amina Sabbah yang mengenaikan gaun rancangannya.
-Anna Budiman for Jawa Pos-
|
BERITA TERKINI, MARISQA AYU K., Denpasar
BEBERAPA gaun indah
yang dipakai para Miss World 2013 adalah karya Anna Budiman. Bagi
perempuan 28 tahun asal Surabaya itu, bisa berkiprah di ajang bergengsi
seperti Miss World tentu bukan hal yang mudah. Terlebih, Anna memiliki
kekurangan fisik. Dia menderita polia sejak usia tujuh bulan. Hingga
kini dia harus memakai kruk untuk berjalan.
"Saya memang memiliki keterbatasan.
Tetapi, dengan mengikuti desain busana untuk Miss World, saya ingin
membuktikan kepada masyarakat Indonesia bahwa orang cacat juga memiliki
kemampuan dan potensi supaya tidak minder," ujar perempuan kelahiran 28
April 1985 itu kepada Jawa Pos kemarin (29/9).
Salah satu tantangan berat yang dihadapi
Anna adalah harus fitting baju dengan para kontestan. Tubuh para
kontestan Miss World yang tinggi menjulang sedikit merepotkannya untuk
membenahi beberapa bagian yang kurang pas. Meski begitu, Anna sama
sekali tidak mau menggunakan asisten untuk mempermudah pekerjaan. Dia
bekerja sendiri meski harus dibantu kruk di kedua lengannya.
"Mereka (kontestan Miss World) waktu
melihat saya langsung kaget. Mereka terharu ketika mencoba gaun saya.
Mereka pun puas. Itu yang terpenting," ungkap Anna.
Anna tertarik mengikuti seleksi fashion
designer Miss World 2013 saat mengetahui pengumuman di layar kaca.
Namun, dia sempat mengurungkan niat karena merasa minder bersaing dengan
desainer-desainer hebat yang pasti mendaftar. Namun, dukungan besar
datang dari sang ibu, Oei Ling Hwa. Dialah yang terus meyakinkan Anna
untuk menjajal kesempatan tersebut. "Aku takut bersaing dengan
desainer-desainer terkenal. Tapi, mama bilang nggak ada salahnya
mencoba. Ya sudah, saya daftar akhirnya," tutur Anna.
Pada seleksi pertama, Anna diberi tugas
merancang sebuah gaun dengan tema Byzantine, era kerajaan setelah
Konstantinopel. Dia memadukan kain-kain Indonesia dengan mode ala Romawi
kuno. Gaun karya Anna mengusung warna merah, oranye, dan hijau.
Hasilnya, rancangan Anna memukau juri.
Anna pun dipanggil ke Jakarta untuk
mempresentasikan karyanya. Setelah lolos, dia diberi ukuran tubuh para
kontestan untuk dibuatkan gaunnya. Dia kebagian membuat gaun untuk Miss
Uruguay, Miss Lebanon, dan Miss Kroasia.
Nah, kesulitan yang dihadapi Anna adalah
tidak bisa langsung mengukur badan sang model. Dia hanya berpatokan
pada data ukuran kontestan Miss World 2013. Anna pun hanya bisa
mengira-ngira seperti apa gaun yang akan dibuat. Ketika gaun telah jadi,
Miss Uruguay ternyata tidak datang dan digantikan Miss Jerman.
"Miss Uruguay itu punya tubuh yang
kecil, sedangkan yang dari Jerman itu badannya besar. Otomatis saya
harus membesarkan lagi ukurannya, bongkar lagi. Itu yang paling susah,"
kenangnya. Untung, Anna berhasil melewati masalah tersebut. Nightgown
ala Byzantine yang semula untuk Miss Uruguay berhasil dirombak sehingga
pas dikenakan Miss Jerman Amina Sabbah.
Gaun rancangan Anna memiliki ciri khas
dalam permainan warna. Dia berani memadupadankan warna kain dan
batu-batuan yang digunakan. Satu gaun bertema Byzantine dan dua gaun
lagi bertema Indonesia menggunakan model semikebaya dan kain tenun Bali.
Desain Anna yang dikenakan Miss Jerman berhasil meraih the best design
di pentas Miss World 2013. Gaun buatannya dinilai paling mendekati
konsep Byzantine.
Keikutsertaan Anna di ajang itu
memberinya kesempatan menggelar fashion show di Jakarta November nanti.
Dia tidak mau mengungkapkan hadiah yang didapat sebagai pemenang the
best design. "Yang penting bukan hadiahnya. Namanya bisa dikenal aja
udah seneng," kata Anna.
Anna adalah lulusan Fashion Designer KvB
Institute of Technology Sydney, Australia. Sejak masih kuliah, dia
sering mengikuti perlombaan desain. Anna pernah masuk sepuluh besar di
ajang sportwear design di Sydney Powerhouse Museum pada 2005. Dia
membuat baju olahraga untuk petenis dan dipajang di museum itu selama
pameran.
Setelah lulus kuliah, Anna tetap
berusaha eksis di dunia fashion designer. Dia terus berupaya mengikuti
perlombaan meskipun belum berkesempatan menang. Dia juga mendirikan
butik dengan nama Xn Bridal and Couture di rumahnya di kawasan Raya
Darmo, Surabaya. Sejak saat itu pula Anna rajin mengikuti fashion show.
Dia juga menambah keahlian di bidang bridal make-up.
"Butik saya sudah tujuh tahun. Sekarang
fokusnya lebih ke evening gown. Dari dulu memang pelanggan saya cukup
banyak. Tapi, lebih dikenal orang melalui ajang Miss World," ujarnya.
Gaun-gaun buatan Anna lebih diminati
para remaja. Sebab, gaun rancangannya pas di badan pelanggan dan tidak
pernah ketinggalan zaman. "Saya tidak mengkhususkan diri untuk membuat
gaun bagi para remaja. Tapi, nggak tahu kenapa, pelanggan saya sebagian
besar remaja. Apalagi kalau mereka mau merayakan sweet seventeen,"
ungkapnya.
Tujuh tahun usaha fashion designer
dikelola Anna dengan penuh perjuangan. Saat tengah mengerjakan sebuah
pesanan, sering dia harus begadang beberapa hari. Fisiknya yang tidak
sekuat orang normal sering membuat orang tuanya khawatir. Tapi, Anna
sama sekali tidak mau bersikap manja.
Peran orang tua bagi Anna memang sangat
penting. Dia mengatakan, saat kebanyakan orang memandangnya sebelah mata
karena kondisi fisiknya, hanya orang tuanya yang terus mendukungnya
untuk maju. Terutama sang ibu.
Hingga saat ini Anna sudah membuat
sekitar 500 desain gaun. Sebagian besar desainnya berupa evening gown.
Dia tertarik merancang evening gown karena senang melihat perempuan yang
cantik dengan gaun yang indah dan berkilauan saat pesta.
Anna berharap apa pun yang sudah
dicapainya bisa menginspirasi banyak orang untuk terus maju dan
berkarya. Keyakinan pada diri sendiri dan terus mencoba menjadi kunci
utama Anna untuk bertahan di dunia desainer. "Saya tidak pernah berharap
menang. Yang penting, saya bisa menunjukkan pada semua orang bahwa saya
bisa. Semoga bisa menjadi inspirasi, terutama bagi orang-orang seperti
saya," ujarnya. (*/c10/ca)
Sumber: jpnn.com