Warga Mesir memprotes Presiden Mursi yang
mengeluarkan dekrit untuk memperluas kekuasaan hingga membuat ia tak
terjangkau judicial review.
BERITA TERKINI, KAIRO -- Bentrokan di Mesir semakin memanas.
Sedikitnya tiga orang tewas dan 350 lainnya terluka dalam bentrokan di
ibukota Mesir, Kairo lantaran rancangan konstitusi yang kontroversial.
Pendukung Presiden Mesir Mohammed Mursi dan para oposisi saling melempar dengan bom molotov, batu dan tongkat di luar istana presiden di Heliopolis, Kairo. Bentrokan di luar istana presiden menandai eskalasi krisis yang mendalam.
Ini pertama kalinya pendukung memiliki konflik dengan oposisi, setelah sebelumnya pasukan berkuda yang merupakan pendukung mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak yang membawa pedang dan unta ke alun-alun Tahrir di Kairo kemudian melawan oposisi Mubarak. Kerusuhan juga dilaporkan terjadi di Ismailia dan Suez.
Para pemimpin oposisi menuduh Ikhwanul Muslimin yang mengorganisir kekerasan. Oposisi bersumpah untuk terus melakukan protes dan menolak dialog apapun kecuali piagam tersebut dibatalkan, dan Mursi menekan rencana referendum konstitusi pada Sabtu (15/12) mendatang.
Para penentang Mursi sudah menduduki lingkungan sekitar istana. Puluhan ribu dari mereka mengepung istana pada Selasa (4/12) waktu setempat. Sedangkan kelompok pendukung Mursi meneriakkan 'Rakyat ingin membersihkan alun-alun' dan 'Mursi memiliki legitimasi.'
Dalam konferensi pers bersama, Mohamed ElBaradei, Amr Moussa dan tokoh-tokoh oposisi lainnya dari Front Penyelamatan Nasional mengatakan Mursi bertanggung jawab penuh atas kekerasan itu.
"Kami masih berpendapat, kami siap untuk dialog jika dekrit konstitusional dibatalkan, dan referendum konstitusi ini ditunda," kata ElBaradei seperti dilansir dari BBC News, Kamis (6/12).
El Baradei menambahkan, revolusi terjadi untuk kebebasan, demokrasi dan martabat manusia. "Mursi harus mendengarkan orang-orang, yang uaranya keras dan jelas. Ada legitimasi dalam termasuk mayoritas rakyat," tegas El Baradei.
Sumber : Republika.online
Pendukung Presiden Mesir Mohammed Mursi dan para oposisi saling melempar dengan bom molotov, batu dan tongkat di luar istana presiden di Heliopolis, Kairo. Bentrokan di luar istana presiden menandai eskalasi krisis yang mendalam.
Ini pertama kalinya pendukung memiliki konflik dengan oposisi, setelah sebelumnya pasukan berkuda yang merupakan pendukung mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak yang membawa pedang dan unta ke alun-alun Tahrir di Kairo kemudian melawan oposisi Mubarak. Kerusuhan juga dilaporkan terjadi di Ismailia dan Suez.
Para pemimpin oposisi menuduh Ikhwanul Muslimin yang mengorganisir kekerasan. Oposisi bersumpah untuk terus melakukan protes dan menolak dialog apapun kecuali piagam tersebut dibatalkan, dan Mursi menekan rencana referendum konstitusi pada Sabtu (15/12) mendatang.
Para penentang Mursi sudah menduduki lingkungan sekitar istana. Puluhan ribu dari mereka mengepung istana pada Selasa (4/12) waktu setempat. Sedangkan kelompok pendukung Mursi meneriakkan 'Rakyat ingin membersihkan alun-alun' dan 'Mursi memiliki legitimasi.'
Dalam konferensi pers bersama, Mohamed ElBaradei, Amr Moussa dan tokoh-tokoh oposisi lainnya dari Front Penyelamatan Nasional mengatakan Mursi bertanggung jawab penuh atas kekerasan itu.
"Kami masih berpendapat, kami siap untuk dialog jika dekrit konstitusional dibatalkan, dan referendum konstitusi ini ditunda," kata ElBaradei seperti dilansir dari BBC News, Kamis (6/12).
El Baradei menambahkan, revolusi terjadi untuk kebebasan, demokrasi dan martabat manusia. "Mursi harus mendengarkan orang-orang, yang uaranya keras dan jelas. Ada legitimasi dalam termasuk mayoritas rakyat," tegas El Baradei.
Sumber : Republika.online