ANEH UNIK, Sebuah piring porselen putih dengan bercak noda-noda karat bercampur
endapan biota laut telah berhasil diangkat dari dasar Laut Jawa oleh Tim
Pusat Arkeologi Nasional. Piring itu telah bersemayam dalam bangkai
sebuah kapal selam selama hampir 70 tahun.
Bagian pantat piring itu tercetak label warna hitam. Label itu bertuliskan Rieber Mitterteich, sebuah pabrik porselen yang pernah sohor di Bavaria, Jerman. Di bawah label pabrik porselen itu terdapat hal yang mengejutkan: Lambang elang dengan sayap merentang yang sedang bertengger pada sebuah lingkaran bersimbol swastika bertahun 1941—Nazi Jerman!
Para arkeolog menemukan juga piring yang berukuran lebih lebar dengan pabrik dan lambang yang sama, namun bertahun 1939. Di dekat piring itu ditemukan cangkir porselen putih dengan tangkai klasik.
Bagian pantat piring itu tercetak label warna hitam. Label itu bertuliskan Rieber Mitterteich, sebuah pabrik porselen yang pernah sohor di Bavaria, Jerman. Di bawah label pabrik porselen itu terdapat hal yang mengejutkan: Lambang elang dengan sayap merentang yang sedang bertengger pada sebuah lingkaran bersimbol swastika bertahun 1941—Nazi Jerman!
Para arkeolog menemukan juga piring yang berukuran lebih lebar dengan pabrik dan lambang yang sama, namun bertahun 1939. Di dekat piring itu ditemukan cangkir porselen putih dengan tangkai klasik.
Perkakas makan tersebut merupakan sebagian temuan penelitian Pusat Arkeologi Nasional dalam menyingkap keberadaan Unterseeboot (U-Boat) atau kapal selam Nazi Jerman di perairan Nusantara. Di dalam kabin kapal selam tersebut tim juga menyaksikan beberapa kerangka manusia, tampaknya korban dari kapal selam yang malang itu, dan sisa-sisa peluru torpedo.
Shinatria Adhityatama, seorang ahli arkeologi dari Pusat Arkeologi Nasional yang melakukan penyelaman, menduga bahwa kapal selam Nazi Jerman ini bertipe IXC/40. Saat ini tim ahli arkeologi sedang mempelajari arsip-arsip kapal selam Nazi yang bersumber dari Deutsches U-Boot Museum di Altenbruch, Jerman.
“Kemungkinan kapal selam tadi adalah U-168 atau U-183,” ujar
Adhityatama. “Kami baru mendapatkan dokumen [yang berisi hasil]
interogasi awak kapal selam U-168 yang selamat.”
Sumber dari Jerman telah mencatat bahwa terdapat dua kapal selam Nazi Jerman bertipe IXC/40 yang putus kontak dengan Berlin saat berada di Laut Jawa. Kapal selam U-168, dengan komandannya Helmuth Pich, tenggelam di Laut Jawa pada 6 oktober 1944. Kapal selam malang ini ditorpedo oleh kapal selam Hr.Ms. Zwaardvisch milik Angkatan Laut Belanda. Sebanyak 23 tewas dan 27 selamat.
Sedangkan korban lain di Laut Jawa adalah kapal selam U-183 di bawah komando Fritz Schneewind. Sebanyak 54 orang tewas dan hanya seorang yang selamat. U-boat ini naas karena ditorpedo kapal selam Amerika Serikat USS Besugo pada 23 April 1945.
Armada U-boat Jerman merupakan pembunuh dalam senyap. Armada ini memiliki kekuatan tempur yang paling disegani selama Perang Dunia Kedua. Armada mereka mewakili kedigdayaan teknologi, personil, dan strategi tempur Nazi Jerman. Selama 1944-1945, atas kedekatan hubungan Jerman-Jepang, kapal-kapal selam Nazi Jerman di Asia Tenggara mempunyai pangkalan di Penang, Singapura, Jakarta, dan Surabaya.
Bagaimanakah hubungan antara Jerman, Jepang, dan Indonesia pada masa itu? Tampaknya, Jerman punya andil juga dalam sejarah jelang kemerdekaan Indonesia. Seorang perwira Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman) bersedia meminjamkan mesin ketiknya kepada Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia—mungkin suatu hal yang sebenarnya kebetulan karena Jepang tidak mempunyai mesin ketik berkarakter latin. Lewat mesin ketik pinjaman perwira Jerman itulah kemudian naskah proklamasi diketik di rumah perwira Angkatan Laut Jepang.
Kembali ke soal temuan kapal selam Nazi Jerman. Tim Pusat Arkeologi Nasional bekerja sama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta dan komunitas Sentra Selam Jogja melakukan eksplorasi pencarian kapal selam U-Boat yang tenggelam di Laut Jawa. Penjelajahan di kawasan laut—yang banyak menyimpan misteri tenggelamnya kapal-kapal dagang hingga kapal militer itu—dilakukan pada 4-17 November 2013.
Sumber dari Jerman telah mencatat bahwa terdapat dua kapal selam Nazi Jerman bertipe IXC/40 yang putus kontak dengan Berlin saat berada di Laut Jawa. Kapal selam U-168, dengan komandannya Helmuth Pich, tenggelam di Laut Jawa pada 6 oktober 1944. Kapal selam malang ini ditorpedo oleh kapal selam Hr.Ms. Zwaardvisch milik Angkatan Laut Belanda. Sebanyak 23 tewas dan 27 selamat.
Sedangkan korban lain di Laut Jawa adalah kapal selam U-183 di bawah komando Fritz Schneewind. Sebanyak 54 orang tewas dan hanya seorang yang selamat. U-boat ini naas karena ditorpedo kapal selam Amerika Serikat USS Besugo pada 23 April 1945.
Armada U-boat Jerman merupakan pembunuh dalam senyap. Armada ini memiliki kekuatan tempur yang paling disegani selama Perang Dunia Kedua. Armada mereka mewakili kedigdayaan teknologi, personil, dan strategi tempur Nazi Jerman. Selama 1944-1945, atas kedekatan hubungan Jerman-Jepang, kapal-kapal selam Nazi Jerman di Asia Tenggara mempunyai pangkalan di Penang, Singapura, Jakarta, dan Surabaya.
Bagaimanakah hubungan antara Jerman, Jepang, dan Indonesia pada masa itu? Tampaknya, Jerman punya andil juga dalam sejarah jelang kemerdekaan Indonesia. Seorang perwira Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman) bersedia meminjamkan mesin ketiknya kepada Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia—mungkin suatu hal yang sebenarnya kebetulan karena Jepang tidak mempunyai mesin ketik berkarakter latin. Lewat mesin ketik pinjaman perwira Jerman itulah kemudian naskah proklamasi diketik di rumah perwira Angkatan Laut Jepang.
Kembali ke soal temuan kapal selam Nazi Jerman. Tim Pusat Arkeologi Nasional bekerja sama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta dan komunitas Sentra Selam Jogja melakukan eksplorasi pencarian kapal selam U-Boat yang tenggelam di Laut Jawa. Penjelajahan di kawasan laut—yang banyak menyimpan misteri tenggelamnya kapal-kapal dagang hingga kapal militer itu—dilakukan pada 4-17 November 2013.
"Setelah kami selesai membuat laporan penelitian, hasilnya akan kami
teruskan ke Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah," ungkap
Adhityatama. "Mereka yang bertanggung jawab atas pelestarian dan
perlindungan BCB [Benda Cagar Budaya]." Dia juga berharap dengan temuan
bangkai kapal selam tinggalan perang dunia ini akan semakin
meningkatkan minat penelitian dalam bidang arkeologi bawah laut di
Indonesia.
“Kita telah berkoordinasi dengan Angkatan Laut dan Polisi Air. Mereka telah membantu pengamanan—hingga saat ini,” ujarnya. Berkaitan dengan temuan kapal selam tinggalan Jerman pada Perang Dunia Kedua ini Pusat Arkeologi Nasional telah mengajukan kerja sama antarnegara. “Kita juga telah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Jerman dan saat ini sedang menunggu respon mereka.”
(nationalgeographic.co.id)
“Kita telah berkoordinasi dengan Angkatan Laut dan Polisi Air. Mereka telah membantu pengamanan—hingga saat ini,” ujarnya. Berkaitan dengan temuan kapal selam tinggalan Jerman pada Perang Dunia Kedua ini Pusat Arkeologi Nasional telah mengajukan kerja sama antarnegara. “Kita juga telah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Jerman dan saat ini sedang menunggu respon mereka.”
(nationalgeographic.co.id)
Sumber: foseha.blogspot.com