POL TERKINI, MOSKOW -- Rusia mengirimkan senjata canggih antikapal rudal ke Suriah. New York Times mengutip
pejabat Amerika Serikat (AS) yang mengatakan rudal tersebut dapat
digunakan untuk membalas intervensi militer asing di Suriah.
Tanpa memberi penjelasan lebih lanjut, Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan pengiriman senjata tersebut tidak melanggar peraturan internasional. Pengiriman itu dilakukan saat peringatan senjata kimia di Suriah meningkat.
Rusia merupakan sedikit dari sekutu Suriah. Selama beberapa tahun, kontrak miliaran dolar dilakukan dalam penjualan ribuan tank, arteliri, helikopter, dan sistem pertahanan di Damaskus.
Sementara itu, usaha untuk membahas pertemuan damai di Suriah diteruskan. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon bertemu dengan beberapa pejabat untuk membahas perdamaian di Suriah.
Sementara itu, badan pengungsian PBB mengatakan lebih dari 1,5 juta warga Suriah menjadi pengungsi. Jumlah tersebut diperkirakan akan naik. "Pengungsi mengatakan kepada kita meningkatnya pertempuran dan berubahnya kontrol di kota dan desa di beberapa daerah konflik sehingga akan lebih banyak warga yang pergi," ujar UNHCR dalam sebuah pernyataan dilansir BBC.
Sumber: Republika.online
Tanpa memberi penjelasan lebih lanjut, Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan pengiriman senjata tersebut tidak melanggar peraturan internasional. Pengiriman itu dilakukan saat peringatan senjata kimia di Suriah meningkat.
Rusia merupakan sedikit dari sekutu Suriah. Selama beberapa tahun, kontrak miliaran dolar dilakukan dalam penjualan ribuan tank, arteliri, helikopter, dan sistem pertahanan di Damaskus.
Sementara itu, usaha untuk membahas pertemuan damai di Suriah diteruskan. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon bertemu dengan beberapa pejabat untuk membahas perdamaian di Suriah.
Sementara itu, badan pengungsian PBB mengatakan lebih dari 1,5 juta warga Suriah menjadi pengungsi. Jumlah tersebut diperkirakan akan naik. "Pengungsi mengatakan kepada kita meningkatnya pertempuran dan berubahnya kontrol di kota dan desa di beberapa daerah konflik sehingga akan lebih banyak warga yang pergi," ujar UNHCR dalam sebuah pernyataan dilansir BBC.
Sumber: Republika.online