POHUWATO ONLINE, JERUSALEM - Sebanyak 300 orang Israel mengadakan pertemuan terbuka di Tel Aviv pada Sabtu malam (1/6) untuk menyeru pemerintah agar mundur dari tanah Palestina yang telah didudukinya selama beberapa dasawarsa.
Pengunjuk-rasa
berpawai dari Kementerian Pertahanan ke Jabotinski House, markas Partai
Likud --yang berkuasa. Mereka membawa spanduk yang bertuliskan "dua
negara --Palestina bersama Israel" dan "orang Yahudi dan Arab menolak
jadi musuh".
Beberapa pendukung sayap-kanan
berdemonstrasi di hadapan mereka, dalam "demonstrasi tandingan spontan",
dan menyerukan dipertahankannya "Negara Israel buat orang Israel".
Dov Khanin, anggota Partai
Hadash, yang beraliran sosialis dan menyelenggarakan pertemuan terbuka
itu, mengatakan pendudukan Israel atas tanah orang Palestina "berbahaya,
jahat dan mahal".
"Sangat banyak uang yang ditanam
dalam pembangunan dan pengamanan permukiman serta pembangunan tembok
apartheid, berarti berkurangnya uang buat kesejahteraan dan pendidikan,"
kata Khanin sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di
Jakarta, Ahad pagi.
Sementara itu, Pemerintah AS saat
melancarkan banyak upaya, yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri John
Kerry, untuk membantu dilanjutkannya pembicaraan perdamaian antara
Israel dan Palestina.
Diplomat senior AS tersebut mengunjungi Timur Tengah untuk keempat kali pada Mei sejak ia memangku jabatan pada Februari.
Meskipun para pejabat Israel
belum lama ini telah menyampaikan keinginan mereka untuk melanjutkan
pembicaraan perdamaian dan dukungan mereka bagi penyelesaian dua-negara,
banyak pengunjuk-rasa mengatakan mereka tak percaya pada pengumuman
pemerintah.
"Selama bertahun-tahun, Israel
melakukan segalanya untuk membuktikan pemerintah tidak tertarik pada
perdamaian," kata Ma'ayan Dak, pemimpin Koalisi Perempuan bagi
Perdamaian dan seorang penyelenggara pertemuan terbuka itu.
Dak mengatakan kendali Israel
saat ini atas Tepi Barat Sungai Jordan melibatkan banyak kepentingan
perusahaan keuangan yang terlibat dalam pembangunan permukiman,
pembangunan tembok pemisah, pengoperasian pos pemeriksaan, jadi Israel
tak mempunyai perangsang guna menghentikan pendudukan.
Israel menduduki Tepi Barat dan
Jalur Gaza dalam Perang 1967. Negara Yahudi itu menarik personel
militernya dari Jalur Gaza berdasarkan Rencana Pemisahan Diri 2005 tapi
masih mempertahakan blokade ketat atas jalur pantai tersebut.
Sumber: Republika Online