BERITA TERKINI, Iran mengkritik keras keputusan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon
yang mencabut kembali undangan bagi Iran untuk menghadiri konferensi
perdamaian bagi Suriah di Montreux, Swiss, pekan ini. Ban dituduh telah
tunduk pada tekanan dari luar.
”Kami menyesal karena Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon mencabut undangan itu di bawah tekanan. Juga sangat disesalkan bahwa Tuan Ban tak punya keberanian untuk memberikan alasan sesungguhnya pencabutan itu,” tutur Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Teheran, Selasa (21/1).
Javad Zarif menyebut sikap Ban itu merendahkan martabat seorang Sekjen PBB.
Penarikan undangan untuk Iran itu diumumkan juru bicara Sekjen PBB, Martin Nesirky, Senin waktu New York, Amerika Serikat. Pengumuman itu disampaikan kurang dari 24 jam setelah Ban menyatakan telah mengirim undangan ke Iran, sekutu terdekat Suriah di Timur Tengah, agar menghadiri konferensi yang dimulai hari Rabu (22/1).
Teheran telah menyatakan siap menghadiri konferensi di kota Montreux itu. Namun, negara- negara Barat, termasuk AS, keberatan jika Iran hadir, kecuali negara itu menyetujui pembentukan sebuah pemerintah transisi di Suriah, sesuai komunike konferensi Geneva 1 pada 30 Juni 2012.
Undangan ke Iran itu juga direspons dengan ancaman boikot oleh Koalisi Nasional (NC) Suriah, payung gerakan oposisi politik di Suriah.
Setelah berbagai reaksi itulah Sekjen PBB kemudian menarik kembali undangan untuk Iran.
Meski mengkritik keras keputusan tersebut, Javad Zarif mengaku tak terlalu mempermasalahkan ketidakhadiran Iran dalam konferensi Geneva 2. Menurut Menlu Iran itu, sejak awal dia sudah tak berniat memenuhi undangan tersebut karena ”waktu untuk mengundang seorang pejabat setingkat menteri luar negeri telah lewat”.
Persoalan melibatkan Iran atau tidak dalam perundingan tersebut telah sejak lama menjadi masalah. Wakil Menlu Iran Abbas Araqchi, yang sedianya diutus untuk memenuhi undangan ke Montreux itu, menyatakan ragu perundingan tersebut akan membawa hasil.
”Sudah jelas bahwa solusi komprehensif masalah Suriah tak akan ditemukan saat semua pihak yang berpengaruh tidak dilibatkan dalam proses. Semua tahu bahwa tanpa Iran, peluang tercapainya solusi riil di Suriah tidaklah besar,” ujar Araqchi kepada stasiun televisi nasional Iran.
Di Moskwa, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut keputusan Ban mencabut undangan untuk Iran itu sebagai sebuah ”kesalahan”. ”Tentu saja ini adalah sebuah kesalahan. Absennya Iran tak akan membantu upaya untuk memastikan persatuan dunia Muslim, termasuk dalam perang melawan teror,” ujar Lavrov.
Dalam perkembangan lain, para pejabat di Suriah bakal menghadapi tuduhan melakukan kejahatan perang setelah seorang fotografer polisi militer membelot dan memberikan bukti tentang pembunuhan 11.000 tahanan secara sadis. Foto-foto itu memperkuat tudingan AS dan sekutunya bahwa Bashar al-Assad melakukan kejahatan perang. (src:kompas.com)
”Kami menyesal karena Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon mencabut undangan itu di bawah tekanan. Juga sangat disesalkan bahwa Tuan Ban tak punya keberanian untuk memberikan alasan sesungguhnya pencabutan itu,” tutur Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Teheran, Selasa (21/1).
Javad Zarif menyebut sikap Ban itu merendahkan martabat seorang Sekjen PBB.
Penarikan undangan untuk Iran itu diumumkan juru bicara Sekjen PBB, Martin Nesirky, Senin waktu New York, Amerika Serikat. Pengumuman itu disampaikan kurang dari 24 jam setelah Ban menyatakan telah mengirim undangan ke Iran, sekutu terdekat Suriah di Timur Tengah, agar menghadiri konferensi yang dimulai hari Rabu (22/1).
Teheran telah menyatakan siap menghadiri konferensi di kota Montreux itu. Namun, negara- negara Barat, termasuk AS, keberatan jika Iran hadir, kecuali negara itu menyetujui pembentukan sebuah pemerintah transisi di Suriah, sesuai komunike konferensi Geneva 1 pada 30 Juni 2012.
Undangan ke Iran itu juga direspons dengan ancaman boikot oleh Koalisi Nasional (NC) Suriah, payung gerakan oposisi politik di Suriah.
Setelah berbagai reaksi itulah Sekjen PBB kemudian menarik kembali undangan untuk Iran.
Meski mengkritik keras keputusan tersebut, Javad Zarif mengaku tak terlalu mempermasalahkan ketidakhadiran Iran dalam konferensi Geneva 2. Menurut Menlu Iran itu, sejak awal dia sudah tak berniat memenuhi undangan tersebut karena ”waktu untuk mengundang seorang pejabat setingkat menteri luar negeri telah lewat”.
Persoalan melibatkan Iran atau tidak dalam perundingan tersebut telah sejak lama menjadi masalah. Wakil Menlu Iran Abbas Araqchi, yang sedianya diutus untuk memenuhi undangan ke Montreux itu, menyatakan ragu perundingan tersebut akan membawa hasil.
”Sudah jelas bahwa solusi komprehensif masalah Suriah tak akan ditemukan saat semua pihak yang berpengaruh tidak dilibatkan dalam proses. Semua tahu bahwa tanpa Iran, peluang tercapainya solusi riil di Suriah tidaklah besar,” ujar Araqchi kepada stasiun televisi nasional Iran.
Di Moskwa, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut keputusan Ban mencabut undangan untuk Iran itu sebagai sebuah ”kesalahan”. ”Tentu saja ini adalah sebuah kesalahan. Absennya Iran tak akan membantu upaya untuk memastikan persatuan dunia Muslim, termasuk dalam perang melawan teror,” ujar Lavrov.
Dalam perkembangan lain, para pejabat di Suriah bakal menghadapi tuduhan melakukan kejahatan perang setelah seorang fotografer polisi militer membelot dan memberikan bukti tentang pembunuhan 11.000 tahanan secara sadis. Foto-foto itu memperkuat tudingan AS dan sekutunya bahwa Bashar al-Assad melakukan kejahatan perang. (src:kompas.com)