BERITA TERKINI, Menteri Luar Negeri AS John Kerry
mengatakan Afghanistan berada pada titik kritis dalam transisi
pemerintahannya. Kerry tiba di Afghanistan, Jumat, untuk berbicara
dengan kedua kandidat presiden mengenai kisruh hasil pemilu.
"Ini merupakan saat kritis dari transisi yang penting bagi masa depan pemerintah Afghanistan," ujar Kerry kepada wartawan di Beijing, dikutip dari Gulf Today, Kamis (10/7).
"Ini merupakan saat kritis dari transisi yang penting bagi masa depan pemerintah Afghanistan," ujar Kerry kepada wartawan di Beijing, dikutip dari Gulf Today, Kamis (10/7).
AS berjanji akan mendorong semua pihak di Afghanistan untuk mencari solusi damai.
"Kami akan mendorong keduanya untuk tidak menaikkan harapan bagi
pendukung mereka, menunjukkan rasa hormat terhadap proses audit dan
proses akuntabilitas, dan juga menunjukkan sikap kenegarawanan dan
kepemimpinan," kata Kerry.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jeff Rathke mengatakan Kerry
akan bertemu dengan kandidat presiden Abdullah Abdullah dan Ashraf
Ghani, dan Presiden Hamid Karzai. Dia mengatakan Kerry akan mendorong
dilakukan peninjauan menyeluruh segala dugaan kecurangan, yang akan
memerlukan audit tambahan signifikan.
"AS tidak mendukung salah satu kandidat. Kami mendukung proses yang kredibel, transparan dan inklusif yang menegaskan komitmen rakyat Afghanistan pada demokrasi," kata Rathke.
Kerry sebelumnya telah memperingatkan upaya penyelesaian masalah dengan kekerasan atau cara-cara inkonstitusional lainnya bisa berdampak pada penarikan bantuan AS.
Komisi Pemilihan Umum Independen, berdasarkan hasil awal, telah mendeklarasikan Ghani memenangkan pemilu putaran kedua pada 14 Juni dengan perolehan suara 56,44 persen. Perolehan bisa saja berubah saat pengumuman resmi pada 22 Juli.
Abdullah yang memenangkan pemilu putaran pertama menolak hasil tersebut. Dia menyebut pemilu putaran kedua itu sebagai kudeta terhadap rakyat.
"AS tidak mendukung salah satu kandidat. Kami mendukung proses yang kredibel, transparan dan inklusif yang menegaskan komitmen rakyat Afghanistan pada demokrasi," kata Rathke.
Kerry sebelumnya telah memperingatkan upaya penyelesaian masalah dengan kekerasan atau cara-cara inkonstitusional lainnya bisa berdampak pada penarikan bantuan AS.
Komisi Pemilihan Umum Independen, berdasarkan hasil awal, telah mendeklarasikan Ghani memenangkan pemilu putaran kedua pada 14 Juni dengan perolehan suara 56,44 persen. Perolehan bisa saja berubah saat pengumuman resmi pada 22 Juli.
Abdullah yang memenangkan pemilu putaran pertama menolak hasil tersebut. Dia menyebut pemilu putaran kedua itu sebagai kudeta terhadap rakyat.
"Tidak diragukan, kami adalah pemenang pemilu kali ini," kata Abdullah dikutip dari The Wall Street Journal. (src:republika.co.id)