BERITA TERKINI, Wakil Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN), Teguh Juwarno, mengatakan pembunuhan bukanlah tradisi politik di Indonesia.
Sepanjang
sejarah republik ini, menurut Sekjen Fraksi PAN di DPR RI ini, tidak
pernah ada perlawanan politik sampai membunuh Presiden atau Calon
Presiden.
Karena itu, kata anggota komisi V DPR RI ini, info mengenai Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi, yang dikabarkan bakal menjadi target pembunuhan atau diserang agar cacat tentu mengejutkan.
"Karena berarti pertumbuhan demokrasi di Indonesia malah mengalami kemerosotan, ketika cara-cara kekerasan untuk meraih kekuasaan yang dikedepankan," ujar Teguh kepada Tribunnews.com, Senin (24/3/2014).
"Karena berarti pertumbuhan demokrasi di Indonesia malah mengalami kemerosotan, ketika cara-cara kekerasan untuk meraih kekuasaan yang dikedepankan," ujar Teguh kepada Tribunnews.com, Senin (24/3/2014).
"Saya
mengecam siapapun yang memiliki niat buruk itu! Termasuk pihak-pihak
yang mendorong kemungkinan itu bisa terjadi," katanya.
Menurut Teguh, semua pihak harus selalu mengedepankan cara-cara penyelesaian dengan cara damai, bersaing dengan sehat. Termasuk dalam Pemilu 2014 ini. "Siap memang-siap kalah!" katanya.
Menurut Teguh, semua pihak harus selalu mengedepankan cara-cara penyelesaian dengan cara damai, bersaing dengan sehat. Termasuk dalam Pemilu 2014 ini. "Siap memang-siap kalah!" katanya.
Jokowi Rentan Dibunuh
Jokowi
dikabarkan bakal menjadi target pembunuhan atau diserang agar cacat,
jika sudah dipastikan menjadi peserta Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden RI 9 Juli 2014. Hal tersebut, diungkapkan Sekretaris Jenderal
Partai Republik Heru B Arifin.
Dia mengakui, sudah sejak lima bulan lalu mendengar kabar, jika dicapreskan maka Jokowi bisa dibunuh atau minimal dibikin cacat.
"Saat
itu ada seorang intelijen independen yang mengabarkan ke saya, bahwa
jika Jokowi tetap dicapreskan, maka dia akan dibunuh atau dibuat cacat
seumur hidup," tegas Heru.
Menurut Heru, sudah jelas motifnya adalah politis. "Jokowi dianggap diboncengi banyak kepentingan asing," tuturnya.
Kalau
Jokowi cacat, ia dipastikan tidak maju sebagai capres. Dia akan ditolak
KPU, karena dianggap tidak lolos syarat kesehatan. Dengan demikian,
kepentingan asing ini gagal menguasai kekuasaan lima tahun ke depan.
Siapa
yang berkepentingan menghentikan Jokowi, menurut Heru, adalah
pihak-pihak yang ingin menciptakan kegaduhan dan memecah belah
Indonesia. "Mereka tidak senang Indonesia menjadi negara adidaya yang
bakal memimpin peradaban dunia," ujarnya.
Dengan menebarkan isu
pembunuhan pada Jokowi, mereka akan menciptakan isu bahwa pelakunya
adalah musuh politik Jokowi. "Akhirnya muncul saling curiga dan
ujung-ujungnya terjadi keruhan dan stabilitas nasional rusak. Mereka
yang membuat skenario ini akan tertawa melihat kita berseteru," katanya. (src:tribunnews.com)