BERITA TERKINI, Pameran makanan dunia di
Tokyo yang berlangsung sejak 3 hingga 7 Maret 2014, Foodex Japan 2014,
ternyata banyak diwarnai dengan bisnis makanan bagi kalangan muslim.
Bisnis makanan bagi kalangan muslim akhir-akhir ini sedang "booming" di Jepang.
Bahkan badan pariwisata di berbagai daerah mulai Hokkaido sampai dengan
Okinawa membuat brosur penjelasan khusus untuk kalangan muslim.
Saat ini muslim dunia sekitar 1,6 miliar jiwa dengan pasar makanan halal senilai 70 triliun yen. Di Jepang dalam waktu dekat mungkin akan mencapai 300.000 orang menjadi beragama Islam.
Demikian pula wisatawan muslim yang datang ke Jepang tahun 2013 sebanyak satu juta orang akan bertambah banyak lagi.
Kebutuhan dan bahkan juga promosi Jepang
di bidang muslim ini membuat banyak pengusaha mempersiapkan diri bagi
kalangan muslim misalnya beras khusus untuk muslim dibuat dari bahan
organik.
Di perfektur Akita, Kota Oodate, sebuah perusahaan Feed Innovation dengan CEO-nya Kouki Sato mempersiapkan beras organik itu sejak Oktober tahun lalu.
"Sebenarnya kriteria masih belum jelas mengenai organik halal. Tetapi
dengan sertifikasi halal yang ketat, kami yakin beras tersebut menjadi
halal dan kami juga menekankan kepada kualitas beras itu yang sangat
tinggi. Beras organik sangat bagus bagi kesehatan. Hal ini menjadi
tantangan bagi pemasaran di luar Jepang pula," papar Sato.
Selain mengenai lembaga sertifikasi dalam negeri, Sato Shoji
Corporation juga memiliki target untuk mencari sertifikasi halal untuk
mesin-mesinnya dari Uni Emirat Arab maupun juga dari Timur Tengah negara
Arab serta dari pemerintahan Malaysia.
"Bahkan kami akan mencoba mendaftarkan ke dalam warisan budaya dunia
di UNESCO produk halal kami ini," papar Sakuma Tomohiro CEO Asosiasi
Halal Jepang di Toshima-ku, Tokyo. Asosiasi Halal Jepang melakukan penelitian tentang halal.
Ini adalah bisnis yang halal dari overheating saat ini, namun
menurutnya masih ada masalah. Organisasi sertifikasi meningkat pesat di
berbagai negara dan melewati permintaan.
"Sertifikasi lembaga-lembaga formal di setiap negara diperlukan dalam
rangka ekspor khususnya, menjadi rintangan cukup berat khususnya bagi
perusahaan skala kecil dan menengah," ungkapnya. (src:tribunnews.com)