BERITA TERKINI, PARIS -- Tindakan keras yang diambil pemerintah
Mesir untuk membubarkan para pendukung Mohamed Mursi memicu kecaman luas
dari masyarakat internasional. Mereka menyebut kerusuhan itu sebuah
pembantaian.
PBB, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Iran, Qatar dan Turki
mengecam keras penggunaan kekerasan oleh pemerintah sementara yang
didukung militer. Dalam aksi pembubaran demonstran tersebut sedikitnya
278 orang tewas.
Sekjen PBB Ban Ki-moon yang telah mendesak kedua pihak untuk menahan
diri, menyatakan penyesalannya karena pemerintah Mesir malah memilih
menggunakan kekuatan untuk menanggapi demonstrasi yang sedang
berlangsung.
Menlu AS John Kerry menyebut pertumpahan darah tersebut sangat
menyedihkan. Ia mendesak militer Mesir untuk mengadakan pemilu.
Sebelumnya, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan Amerika
Serikat mengutuk kekerasan terhadap demonstran dan mendesak militer
untuk menahan diri.
Menlu Inggris William Hague mengatakan dia sangat prihatin dengan
meningkatnya kekerasan dan kerusuhan. "Saya mengutuk penggunaan
kekerasan dalam upaya membubarkan demonstran. Sebaiknya pasukan
keamanan dapat menahan diri," kata Hague, seperti dikutip AFP, Kamis (15/8).
Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt menulis dalam akun Twitter-nya. "Tanggung jawab berada di tangan rezim penguasa. Sangat sulit mengembalikan proses politik."
Qatar, pendukung utama pro-Mursi Ikhwanul Muslimin juga mengeluarkan
pesan serupa. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan dalam
sebuah pernyataan, sangat mengutuk cara yang dilakukan pemerintah Mesir
dalam menanggapi protes damai yang dilakukan di kamp Rabaa al-Adawiya
dan Al-Nahda yang telah menewaskan orang tidak berdosa.
Turki yang telah mengembangkan ikatan yang kuat dengan pemerintah
Mursi mendesak masyarakat internasional segera bertindak. Perdana
Menteri Turki dalam pernyataannya mengatakan masyarakat internasional,
khususnya Dewan Keamanan PBB dan Liga Arab, harus segera bertindak untuk
menghentikan pembantaian ini.
Iran juga mengutuk keras pembantaian ini. Pernyataan serupa juga
datang dari Gerakan Islam Palestina Hamas yang memerintah Gaza. Prancis,
Jerman dan Italia menyerukan agar kedua belah pihak tenang.
"Prancis mengutuk paling tegas kekerasan berdarah di Mesir dan
menuntut segera dihentikannya tindakan keras," kata Menlu Laurent
Fabius.
Menlu Italia Emma Bonino mengatakan, amat sedih dengan peristiwa di
Mesir. Menlu Jerman Guido Westerwelle juga mengatakan agar semua
kekuatan politik segera kembali ke perundingan dan mencegah eskalasi
kekerasan. Juru Bicara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine
Ashton mengatakan konfrontasi dan kekerasan bukan jalan ke depan. Seruan
yang sama juga datang dari Rusia.
Sumber: Republika Online