BERITA TERKINI, Filosofi pembuatan batik yang memerlukan kesabaran
dan keharmonisan merupakan cermin kuat kepribadian Nelson Mandela, kata
mantan dubes Indonesia untuk Afrika Selatan Sugeng Rahardjo.
Nelson Mandela mengenakan batik pada banyak acara-acara resmi, termasuk pada acara penutupan Piala Dunia tahun 2010.
Sugeng mengatakan perkenalan pertama
Mandela dengan batik terjadi pada tahun 1990 beberapa bulan setelah ia
dibebaskan dari penjara Pulau Roben.
Indonesia termasuk salah satu negara pertama yang dikunjungi Mandela sebagai presiden Kongres Nasional Afrika (ANC).
"Pada akhir Oktober 1990--lawatan pertama ke
luar negeri, salah satunya adalah Indonesia. Saat itu pemerintah
memberikan baju batik," kata Sugeng dan menambahkan sejak itu presiden
kulit hitam pertama Afrika Selatan ini sering memakai batik.
Dalam pertemuan dengan mantan presiden Suharto pada lawatan itu, Mandela mengenakan batik pemberian pemerintah itu.
Simbol kedekatan dengan Indonesia
"Batik mencerminkan kesabaran dan keharmonisan dalam menentukan corak dan warna. Inilah ciri kepribadian Mandela"
Sugeng Rahardjo
"Yang saya tahu (Mandela) suka semua motif, dan
filosofi dari pembuatan batik inilah yang bisa ditarik dengan
kepribadian beliau," kata Sugeng, yang menjadi notulen saat Mandela
bertemu Presiden Suharto.
"Batik mencerminkan kesabaran dan keharmonisan dalam menentukan corak dan warna. Inilah ciri kepribadian Mandela."
"Kesabaran ini dibuktikan dengan keteguhan
hatinya untuk memperjuangkan keseteraan untuk masyarakat Afrika Selatan
dan harus dipenjara selama 27 tahun. Penantian 27 tahun ini, akan
melemah bila tidak ada kesabaran," kata Sugeng kepada BBC Indonesia.
Sejak mendapatkan hadiah batik dari Indonesia
itu, Mandela terkesan dengan warna dan corak batik dan mulai
mengenakannya sebagai simbol kedekatan Indonesia dan Afrika Selatan,
kata Sugeng.
Kios batik
"Pernah saya sekali bertemu dengan beliau saat
mengadakan kuliah di Johannesburgh, dan beliau masih mengenakan batik,
usia saat itu 88 tahun -- sekitar tujuh tahun lalu, beliau masih sehat,"
tambah Sugeng.
Sementara itu Michael Pasaribu -warga Indonesia
yang memiliki kios batik di Pretoria- mengatakan minat masyarakat Afrika
Selatan terhadap batik semakin meningkat terutama sejak Mandela tidak
lagi menjabat sebagai presiden.
"Awalnya masyarakat tidak ingin menggunakan
batik seperti beliau, karena beliau itu tokoh dan masyarakat segan untuk
meniru beliau," kata Michael yang telah tinggal di Afrika Selatan
selama 17 tahun.
"Namun setelah beliau tidak aktif lagi di kantor
presiden, banyak yang mulai tertarik dan menanyakan di mana bisa
membeli batik," tambahnya.
Michael mengatakan untuk kedutaan besar
Indonesia di Afrika Selatan sering mengadakan bazar untuk menampung
minat masyarakat ini.
Sumber: bbc.co.uk