BERITA TERKINI, Ketua Subkomisi Pemantauan
dan Penyelidikan Pelanggaran HAM, Komnas HAM RI, Natalius Pigai,
menanggapi perseteruan antara Politisi Demokrat Ruhut Sitompul dan Pengamat Politik Boni Hargens atas pernyataan Ruhut Sitompul yang diduga diskriminasi ras dan etnik di sebuah stasiun televisi swasta beberapa hari lalu.
"Maka kami memandang upaya pengamat politik Boni Hargens yang melaporkan Ruhut Sitompul
perlu dihormati karena sebagai warga negara tentu upaya ketaatan
terhadap hukum," kata Natalius dalam rilisnya, Sabtu (7/12/2013).
Menurut
Natalius, jika ketersinggungan Boni kepada Ruhut itu diduga melontarkan
pernyataan yang mengandung rasisme dalam acara dialog sebagaiman
berikut kutipan pernyataan Ruhut, "Aku mau tanya..? lumpur...e’ Lapindo itu warnanya apa? Hitamkan!!! ya... udah itu Boni Hargens itu kulitnya hitamkan !!!, belom lagi yang lain-lain, banyak kok,".
"Jika
pernyataan itu benar adanya maka polisi harus menerapkan UU NO. 40
Tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnik dengan ancaman
pidana. UU No. 40 tahun 2008 sesungguhnya merupakan kewenangan Komnas
HAM untuk pengawasan diskriminasi ras dan etnik," kata Natalius.
Karena itu, menurut dia, Komnas HAM akan memantau agar Kepolisian harus menindaklanjutinya. Maka dari itu, lanjut dia, Ruhut Sitompul harus didorong sampai meja hijau agar memastikan hukum berjalan mengawal pluralisme bangsa.
"Kami meminta pihak Boni Hargens
melaporkan ke Komnas HAM apabila dalam proses penegakan pihak
kepolisian tidak transparan, imparsial, objektif. Pada prinsipnya Komnas
HAM mengharapkan perdamaian diantara kedua bela pihak namun demikian
sebagai komisioner yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan UU No. 40
tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi Ras dan Etnik maka
sebaiknya perlu adanya proses hukum terhadap terduga agar adanya efek
jera karena diskriminasi bagi bangsa kita selain bertentangan dengan UU
juga bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika.
Indonesia sebagai negara plural yang terdiri dari keanekaragaman etnik
dan ras yg menjadi kekayaan bangsa," kata Natalius.
Sumber: tribunnews.com