BERITA TERKINI, Tak jauh dari Kota Manado, sekitar
100 meter dari Monumen Bobocah, Pantai Malalayang, tepatnya di Kompleks
Perumahan Telkom, terdapat sebuah rumah yang tak layak dihuni oleh
manusia.
Pada bangunan rumah yang tepat berada di bawah pohon mangga, yang hanya berlantai tanah dengan dinding rumah yang terbuat dari triplek dan kain seadanya, terlihat dua orang bocah yang sedang tidur. Di rumah itulah, Martha Wartabone hidup bersama dua anaknya, Nona dan Ramadhan.
Tribun Manado melaporkan, Kamis (28/11/2013), ketika wartawan dan seorang tokoh desa mendekati rumah itu, terdengar gonggongan beberapa anjing. Para tetangga menduga, Ata, panggilan Martha, memelihara anjing-anjing itu agar tidak ada orang lain yang mendekat.
Setelah cukup dekat dengan rumah itu, rombongan memanggil kedua anak Ata. "Ramadhan, Nona, ke sini dong," panggil seorang anggota rombongan, yang didampingi Welly Daromes, tokoh desa itu.
Dan keluarlah Ramadhan, anak Ata yang berusia tiga tahun. Dia tertatih-tatih melangkah di antara hewan peliharaan di rumahnya. Tubuhnya terlihat lemah. Dia nyaris jatuh ketika melangkah. Di belakangnya, Nona, kakaknya yang berusia 5 tahun, mengikuti.
Mereka rupanya benar-benar kelaparan. Ketika diajak makan, wajah riang terpancar dari wajah kedua bocah itu. Ketika diberi sesuap nasi, mereka berebut sendok supaya bisa segera makan.
Menurut Jackson Lolombulan, seorang tetangga, Ata memperlakukan kedua anaknya dengan tidak baik. "Kasihan mereka. Ibunya sering memukul mereka. Dia memukul mereka ketika mengetahui ada warga yang memberi mereka makan, apalagi pukulan itu sering dilayangkan ke bagian kepala," tutur Ata dengan nada kesal.
Warga sekitar juga sering mendengar ucapan yang tak sedap terlontar dari mulut Ata ketika ada orang yang mengirim makanan untuk Ramadhan dan Nona. "Dia sering mengatakan kalau sebaiknya memberi makan binatang daripada memberi makan kedua anaknya," ungkap Jackson, yang dibenarkan istrinya.
Jackson menambahkan, beberapa bulan yang lalu, seorang warga sekitar melaporkan kekejian sang ibu ke pihak kepolisian. Ata sempat dibawa ke Polsek Urban Malalayang. Namun, dengan pertimbangan kedua anak itu bakal telantar jika sang ibu ditahan, maka Ata pun dibebaskan dengan syarat dia mengurus anaknya dengan baik.
Namun, sekembalinya dia ke rumah tidak mengubah apa pun. Malah sebaliknya, dia semakin beringas dan semakin melarang warga untuk memberi anaknya makan.
Lebih sayang hewan
"Pernah dia menyiram air panas ketika kami mencoba untuk menyuapi anaknya makanan. Pernah juga ada warga memberikan roti untuk diberikan kepada anaknya. Namun, sayangnya roti itu diberikannya kepada anjing dan ayam piaraannya yang ada di rumah," kisahnya.
Dia berharap adanya campur tangan pemerintah dengan hal tersebut. Bahkan, jika perlu, mereka meminta Komisi Perlindungan Anak untuk datang dan melihat keadaan anak itu.
"Kami ingin mengadopsi anak itu karena benar-benar kasihan melihat hal ini. Tapi, kami benar-benar takut jika ketahuan ibu mereka. Kami berharap ada instansi terkait untuk bisa melihat langsung hal ini, atau bisa mengambil jalan lain, yaitu menaruh anak-anak itu ke panti asuhan. Saya khawatir terhadap mental kedua anak ini ke depan," paparnya.
Sementara itu, Daromes menambahkan, sejak suaminya meninggal beberapa bulan lalu, Ata memperlakukan anak-anaknya dengan buruk, apalagi mereka dibiarkan tidur dengan ayam, bebek, dan anjing yang dipeliharanya. "Ada kemungkinan mereka juga tidur di atas kotoran hewan-hewan itu," ucapnya.
Pada bangunan rumah yang tepat berada di bawah pohon mangga, yang hanya berlantai tanah dengan dinding rumah yang terbuat dari triplek dan kain seadanya, terlihat dua orang bocah yang sedang tidur. Di rumah itulah, Martha Wartabone hidup bersama dua anaknya, Nona dan Ramadhan.
Tribun Manado melaporkan, Kamis (28/11/2013), ketika wartawan dan seorang tokoh desa mendekati rumah itu, terdengar gonggongan beberapa anjing. Para tetangga menduga, Ata, panggilan Martha, memelihara anjing-anjing itu agar tidak ada orang lain yang mendekat.
Setelah cukup dekat dengan rumah itu, rombongan memanggil kedua anak Ata. "Ramadhan, Nona, ke sini dong," panggil seorang anggota rombongan, yang didampingi Welly Daromes, tokoh desa itu.
Dan keluarlah Ramadhan, anak Ata yang berusia tiga tahun. Dia tertatih-tatih melangkah di antara hewan peliharaan di rumahnya. Tubuhnya terlihat lemah. Dia nyaris jatuh ketika melangkah. Di belakangnya, Nona, kakaknya yang berusia 5 tahun, mengikuti.
Mereka rupanya benar-benar kelaparan. Ketika diajak makan, wajah riang terpancar dari wajah kedua bocah itu. Ketika diberi sesuap nasi, mereka berebut sendok supaya bisa segera makan.
Menurut Jackson Lolombulan, seorang tetangga, Ata memperlakukan kedua anaknya dengan tidak baik. "Kasihan mereka. Ibunya sering memukul mereka. Dia memukul mereka ketika mengetahui ada warga yang memberi mereka makan, apalagi pukulan itu sering dilayangkan ke bagian kepala," tutur Ata dengan nada kesal.
Warga sekitar juga sering mendengar ucapan yang tak sedap terlontar dari mulut Ata ketika ada orang yang mengirim makanan untuk Ramadhan dan Nona. "Dia sering mengatakan kalau sebaiknya memberi makan binatang daripada memberi makan kedua anaknya," ungkap Jackson, yang dibenarkan istrinya.
Jackson menambahkan, beberapa bulan yang lalu, seorang warga sekitar melaporkan kekejian sang ibu ke pihak kepolisian. Ata sempat dibawa ke Polsek Urban Malalayang. Namun, dengan pertimbangan kedua anak itu bakal telantar jika sang ibu ditahan, maka Ata pun dibebaskan dengan syarat dia mengurus anaknya dengan baik.
Namun, sekembalinya dia ke rumah tidak mengubah apa pun. Malah sebaliknya, dia semakin beringas dan semakin melarang warga untuk memberi anaknya makan.
Lebih sayang hewan
"Pernah dia menyiram air panas ketika kami mencoba untuk menyuapi anaknya makanan. Pernah juga ada warga memberikan roti untuk diberikan kepada anaknya. Namun, sayangnya roti itu diberikannya kepada anjing dan ayam piaraannya yang ada di rumah," kisahnya.
Dia berharap adanya campur tangan pemerintah dengan hal tersebut. Bahkan, jika perlu, mereka meminta Komisi Perlindungan Anak untuk datang dan melihat keadaan anak itu.
"Kami ingin mengadopsi anak itu karena benar-benar kasihan melihat hal ini. Tapi, kami benar-benar takut jika ketahuan ibu mereka. Kami berharap ada instansi terkait untuk bisa melihat langsung hal ini, atau bisa mengambil jalan lain, yaitu menaruh anak-anak itu ke panti asuhan. Saya khawatir terhadap mental kedua anak ini ke depan," paparnya.
Sementara itu, Daromes menambahkan, sejak suaminya meninggal beberapa bulan lalu, Ata memperlakukan anak-anaknya dengan buruk, apalagi mereka dibiarkan tidur dengan ayam, bebek, dan anjing yang dipeliharanya. "Ada kemungkinan mereka juga tidur di atas kotoran hewan-hewan itu," ucapnya.
Sumber: kompas.com